Sabtu, 21 Mei 2011 19:53 WIB
REPUBLIKA.CO.ID,MAKASSAR--Atlet asal Palu, Sulawesi Tengah, Muhammad Muslim (15) tewas di putaran final Kejuaran Nasional Wadokai yang dilangsungkan di Gedung Olahraga Mattoanging Makassar, Sabtu.
Informasi yang dihimpun di Rumah Sakit Polri (RSP) Bhayangkara Makassar, korban yang masih duduk di bangku kelas I Sekolah Menengah Atas (SMA) itu meninggal dunia setelah kelelahan pada putaran final kejuaraan nasional Wadokai.
"Ini semua kesalahan dari panitia penyelenggara karena dia setelah terjatuh tidak langsung dibawa ke rumah sakit dan tidak diberikan bantuan oksigen sehingga meninggal dunia," ujar salah satu official atlet, Oda.
Ia mengungkapkan, korban yang sudah berada di Makassar sejak Senin (16/5) mengalami kelelahan berat, apalagi dengan jadwal pertandingan yang selalu molor.
Pada partai final, korban yang sudah memastikan diri ke partai puncak melawan atlet dari Kalimantan Tengah (Kalteng) untuk mencari juara satu turnamen wadokai di kelas junior 55 kilogram itu disuruh datang ke GOR Mattoanging sekitar pukul 7.30 Wita.
Namun, pertandingan itu baru bisa diselenggarakan pada pukul 15.00 Wita. Korban yang sudah memegang sabuk hitam itu banyak menghabiskan waktu luangnya untuk berlatih yang ternyata banyak menguras fisiknya.
Saat pertambahan waktu selama dua kali itu, kata Oda yang setiap harinya menyiapkan makanan untuk 51 atlet lainnya, korban langsung kelelahan dan terjatuh.
"Kami yang berada di luar arena menyaksikan pertandingan dilarang masuk ke arena. Kami khawatir dengan anak kami, tetapi panitia tidak menyiapkan alat medis sampai anak kami dibawa ke RS Bhayangkara tanpa bantuan oksigen," katanya.
Oda juga tidak dapat menahan emosinya ketika melihat jazad korban. Oda kemudian terjatuh dan kesurupan di dalam aula rumah sakit sebelum jenazahnya diterbangkan ke Palu, Sulawesi Tengah
Informasi yang dihimpun di Rumah Sakit Polri (RSP) Bhayangkara Makassar, korban yang masih duduk di bangku kelas I Sekolah Menengah Atas (SMA) itu meninggal dunia setelah kelelahan pada putaran final kejuaraan nasional Wadokai.
"Ini semua kesalahan dari panitia penyelenggara karena dia setelah terjatuh tidak langsung dibawa ke rumah sakit dan tidak diberikan bantuan oksigen sehingga meninggal dunia," ujar salah satu official atlet, Oda.
Ia mengungkapkan, korban yang sudah berada di Makassar sejak Senin (16/5) mengalami kelelahan berat, apalagi dengan jadwal pertandingan yang selalu molor.
Pada partai final, korban yang sudah memastikan diri ke partai puncak melawan atlet dari Kalimantan Tengah (Kalteng) untuk mencari juara satu turnamen wadokai di kelas junior 55 kilogram itu disuruh datang ke GOR Mattoanging sekitar pukul 7.30 Wita.
Namun, pertandingan itu baru bisa diselenggarakan pada pukul 15.00 Wita. Korban yang sudah memegang sabuk hitam itu banyak menghabiskan waktu luangnya untuk berlatih yang ternyata banyak menguras fisiknya.
Saat pertambahan waktu selama dua kali itu, kata Oda yang setiap harinya menyiapkan makanan untuk 51 atlet lainnya, korban langsung kelelahan dan terjatuh.
"Kami yang berada di luar arena menyaksikan pertandingan dilarang masuk ke arena. Kami khawatir dengan anak kami, tetapi panitia tidak menyiapkan alat medis sampai anak kami dibawa ke RS Bhayangkara tanpa bantuan oksigen," katanya.
Oda juga tidak dapat menahan emosinya ketika melihat jazad korban. Oda kemudian terjatuh dan kesurupan di dalam aula rumah sakit sebelum jenazahnya diterbangkan ke Palu, Sulawesi Tengah